Wednesday 23 September 2015

Empat Malam bersama Siswi Korban Pemerkosaan Ayah; Ibu Meninggal, Bapak Dipenjara

 Bonus New Member AcehPoker Online Aman & Terpercaya

Minimal Depo 10.000 IDR ,BONUS 10.000 IDR LANGSUNG!!!

daftar disini  AcehPoker 


 AcehPoker - Hidup setelah mengalami kekerasan seksual sangat tak mudah. Apalagi jika pelaku kekejian itu ayah kandung sendiri. Kaltim Post mengikuti keseharian siswi sebuah SMA di Balikpapan yang selama tiga tahun menjadi korban sang bapak. Sebulan, wartawati koran ini bersamanya, termasuk empat hari menginap di kamar sewa perempuan 16 tahun itu. Melewati hari demi hari nan berat untuk bangkit dari keterpurukan.

NUR AENI, 
Balikpapan

MENGENAKAN kaus lengan panjang hitam berpadu jeans biru gelap, Manis --panggil saja perempuan malang itu demikian--, berjalan kikuk. Suatu siang, Agustus lalu di Kecamatan Balikpapan Kota, dara berparas ayu itu baru sadar setelah disapa wartawati media ini.

Manis memang perempuan yang manis. Kulitnya putih dan mulus. Dengan tubuh setinggi 155 sentimeter, rambutnya yang lurus dibiarkan terurai.

Begitu mengenali lawan bicaranya, perempuan ayu itu membalas salam. Manis pernah bertemu dengan Kaltim Post di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA), Polres Balikpapan, 26 Maret silam. Ketika itu, Manis menjadi kasus pemerkosaan ayahnya.

Dia diperkosa ayahnya sejak tiga tahun lalu. Perbuatan keji itu ketika ibunya masih hidup dan dalam kondisi sehat. Kini, ibunya telah meninggal.

Hubungan sedarah secara paksa kali pertama diterima Manis ketika kelas 1 SMP. Kepada Manis, ayahnya menuturkan persetubuhan untuk menurunkan ilmu Manis yang lugu hanya menurut.

Manis bahkan masih ingat ayahnya berkata, “Jangan kaget. Memang caranya seperti ini.” Sedetik kemudian, Manis hanya bisa menangis.

Lima bulan setelah ayahnya ditahan, Agustus lalu, Manis bertemu media ini tanpa terencana. Perempuan itu memberikan nomor teleponnya. Dia juga menerima pertemanan di media percakapan maya.

Dari perangkat BlackBerry Messenger, Manis bukan seperti remaja kekinian pada umumnya. Dia jarang menggonta-ganti status. Tak pernah menulis sedang di sini, makan ini, bareng si itu, sedang sebal, ataupun senang. Dia hanya mengganti tampilan foto setiap hari berubah. Kadang seorang diri, kadang bersama teman.

Meski demikian, Manis bukan orang yang tertutup. Dia selalu menjawab ketika ditanya kehidupan setelah ayah kandungnya ditahan polisi. Begitu pula tempat tinggal serta pendidikannya.

Awal bulan ini, dia bercerita bahwa dia tinggal sendirian. Dia masih sekolah meskipun harus tinggal di indekos.

“Semua bayar pakai uang sendiri,” aku siswi sebuah SMA negeri di Balikpapan tersebut. Memang, tak semua pertanyaan dijawab. Kadang kala, Manis menanggapi dengan dingin.

Sepanjang obrolan via papan tik, Kaltim Post mengikuti aktivitasnya. Di luar sepengetahuan Manis, koran ini mendatangi lokasi dia bekerja. Dia menjadi seorang pelayan di sebuah kedai minuman di Kota Minyak. Setiap hari, dia berdiri di depan pintu untuk menyambut tamu.

Manis baru saja bekerja di kafe tersebut. Dia masih canggung bekerja. Dia hanya menghindar begitu media ini menyapanya.

“Enggak enak, tadi sudah ditegur bos,” tuturnya.

Keesokan pagi, Manis membalas percakapan, masih via BBM. Dia mengaku sedang sakit sehingga berhenti pekerjaannya.

“Enggak sanggup kerja di situ,” tuturnya. Manis pun bingung. Dia tak tahu cara membayar keperluan sekolah dan mengongkosi kehidupan sehari-hari. Dia ingin cepat mendapat pekerjaan baru agar bisa membayar indekos. Satu bulan, dia menyewa kamar Rp 1 juta.

Manis ingin lekas mendapatkan pekerjaan halal. Uang peninggalan mendiang ibunya yang dua tahun lalu meninggal karena kanker payudara telah menipis. Meskipun masih berstatus siswi SMA, Manis sangat berhasrat mencari uang sendiri.

“Aku mau bangkit. Mau mandiri dengan cara halal. Sekarang, siapa lagi yang mau carikan kerja? Ibu meninggal. Bapak di penjara!”

Manis pun kini hidup sendiri. Adapun kedua adiknya dititipkan kepada sang nenek. Manis juga tak mempermasalahkan bekerja paruh waktu. Paling penting, kata dia, uang halal yang didapat.

Dia mengaku pernah ditawari bekerja di tempat hiburan malam. Tanpa berpikir panjang, dia menolak. Dia juga enggan menjadi waitress. Terlebih di tempat yang membahayakan masa depan.  Meski menjadi korban asusila ayah kandung, Manis tak berpikiran pendek.

“Saya tak akan membunuh masa depan untuk kedua kalinya. Saya tak mau membuat malu keluarga, terlebih keluarga ibu,” tegas perempuan muda itu.

“Bukan karena korban asusila, saya lalu harus mencari uang dengan cara instan. Bukan karena terlanjur kotor, saya kotor sekalian. Saya tidak mau. Biar cari pekerjaan di tempat lain saja,” ucapnya.

Manis menjalani kisah hidup yang pahit. Sejak kejadian pertama, tiga tahun lalu, ayahnya sering menumpahkan hasrat bejat kepadanya. Tak hanya di kamar, kejadian terlarang itu berlangsung di ruang tamu. Entah sudah berapa kali, Manis mengaku tak mengingat lagi.

Saat ibunya jatuh sakit, perbuatan tidak senonoh sang ayah masih dilakukan. Manis takut menceritakan kisah pilu itu kepada orang lain. Terlebih kepada ibunya. Dia takut di-bully. Dia khawatir keluarganya hancur. Takut melukai hati sang ibu. Takut melihat masa depan adik-adiknya.

“Bapak pernah ngomong bahwa ibu sedang sakit dan tidak bisa “melayani”. Tapi, kalau ibu enggak bisa “melayani”, kenapa ada adik terakhir. Bodohnya saya. Kasihan almarhum ibu,” ucapnya dalam nada yang getir

Bagi Yang Belum Bergabung Di Agen Kami Silakan Daftar Di sini

No comments:

Post a Comment